Senin, 24 November 2008

Paradigma Pengembangan Sekolah Unggulan

Sekolah Unggulan dapat diartikan sebagai sekolah bermutu namu dalam penerapan saya bahkan penerapan semua kalangan bahwa dalam kategori unggulan tersirat harapan-harapan terhadap apa yang dapat diharapkan dimiliki oleh siswa setelah keluar dari sekolah unggulan. Harapan itu tak lain adalah sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh orang tua siswa, pemerintah, masyarakat bahkan oleh siswa itu sendiri yaitu sejauh mana keluaran (output) sekolah itu memiliki kemampuan intelektual, moral dan keterampilan yang dapat berguna bagi masyarakat.

Untuk menyikapi semua itu, kita harus mengubah system pembelajaran yang selama ini berlaku disemua tingkat pendidikan yaitu adanya keterkungkungan siswa dana guru dalam melaksanakan PBM, saya selaku pengajar di SMA Negeri 1 Bulukumba telah merubah sisten itu sejak januari 2006. Sistem yang saya maksud adalah system dimana Siswa dan Guru dikejar dengan pencapaian target kurikulum dalam artian guru dituntut menyelesaikan semua materi yang ada dalam kurikulum tanpa memperhatikan ketuntasan belajar siswa, disamping itu adanya anggapan bahwa belajr adalah berupa transformasi pengetahuan (Transfer of knowlwdge).

Pada sisi unggulan semua system itu seharusnya tidak diterapkan agar apa yang menjadi harapan siswa, orang tua siswa, pemerintah, masyarakat bahkan kita selaku pengajar dan pendidik dapat tercapai. Mari kita sama-sama merubah semua itu dengan mengembangkan Learning How to Learn (Murphi,1992) atau belajar bagaimana belajar, artinya belajar itu tidak hanya berupa transformasi pengetahuan tetapi jauh lebih penting adalah mempersiapkan siswa belajar lebih jauh dari sumber-sumber yang mereka temukan dari pengalaman sendiri, pengalaman orang lain maupun dari lingkungan dimana dia tumbuh guna mengembangkan potensi dan perkembangan dirinya atau dengan kata lain belajar pada hakekatnya bagaimana mengartikulasikan pengetahu an-pengetahuan siswa kedalam kenyataan hidup yang sedang dan yang akan dihadapi oleh siswa.

Secara pribadi dalam hal mengembangkan sekolah kearah sekolah unggulan (sekolah bermutu) disamping perubahan-perubahan tersebut masih banyak hal yang perlu diperhatikan diantaranya : Sarana dan prasarana, Menejmen persekolahan,Visi dan Misi sekolah, Profesionalisme Guru dan lain-lain. Untuk Profesionalisme bukan berarti menguasai sebagian besar pengetahuan tatapi lebih penting adalah bagaimana membuat siswa dapat belajar, guru dan siswa disederhanakan agat tidat tercipta gep, adanya perilaku guru yang membuat siswa tersisih atau terpisah dari gurunya, guru dan siswa harus terjalin komunikasi agar dalam proses pembelajaran ada keterbukaan siswa mengeritik dan mengeluarkan pendapat. Sebab bukan tidak mungkin dengan pengaruh perkembangan teknologi siswa lebih pintar dari gurunya.

Itulah asumsi saya mengenai pengembangan sekolah unggulan, mudah-mudahan, pemerintah termasuk kawan-kawan seprofesi dapat menerapka hal tersebut bahkan mengembangkan lebih jauh lagi.

diambil dari tulisan : Drs. Abdul Hadis

Senin, 03 November 2008

Guru Dituntut Kreatif Mengajar

Sabtu, 01 Nopember 2008
Guna menumbuhkan minat belajar para siswa maka guru dituntut lebih kreatif dalam mengajar. Sementara untuk memberikan pengayaan terhadap dirinya guru juga dituntut kreatif mengembangkan kemampuan mengajar dan mengembangkan pedagogik dalam proses pembelajaran. Wawasan guru juga diharapkan tidak terjebak pada buku teks semata.

Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Dirjen PMPTK) Depdiknas Baedhowi mengatakan, untuk menumbuhkan minat belajar siswa maka seorang guru dituntut mampu menerapkan cara belajar yang menarik. "Jiwa enterpreneurship yang dimiliki oleh seorang guru bukanlah enterpreneurship seperti seorang pengusaha, tetapi terkait kreativitas," katanya usai membuka Seminar Meningkatkan Enterpreneurship Guru di Depdiknas, Jakarta, Selasa (28/10/2008) .

Baedhowi mengatakan, praktek - praktek yang dilakukan oleh guru untuk mengembangkan kreativitasnya yakni dengan kreatif dalam belajar dan berketerampilan. Dia menyebutkan, keterampilan seperti memasak dan membuat alat peraga pendidikan yang sederhana merupakan contoh nyata sebuah kreativitas. "Guru - guru membuat alat peraga sederhana itu suatu kreativitas. Jadi yang namanya belajar tidak harus beli alat dari pabrik, tetapi bisa bikin sendiri. Bejana berhubungan bisa dibikin sendiri. Untuk menjelaskan pelajaran Matematika dapat menggunakan lidi," ujarnya.

Lebih lanjut Baedhowi mengatakan, untuk mengajarkan anak didik pengetahuan tentang hitung dagang dapat dilakukan sambil bermain. Siswa, kata dia, dapat diajak belanja ke pasar lalu diminta menghitung dan mencatat pembelian yang dilakukan. Siswa juga dapat diajak ke koperasi sekolah lalu diminta menanyakan harga kemudian dibukukan. "Siswa diperkenalkan dan diminta mempraktekkan menggunakan buku kas," katanya.

Tika Bisono, pemateri seminar, mengatakan, sebagai seorang karyawan seharusnya dapat memberikan nilai tambah kepada institusinya. Pada saat memberikan nilai tambah itu, kata dia, terdapat unsur mengembangkan institusi dengan kemampuan dirinya. "Keterampilan lain yang tidak masuk job desk inilah sebenarnya basis dari enterpreneurship, " katanya.

Tika mencontohkan, cikal bakal enterpreneurship seorang guru dapat dilakukan dengan menyapa tukang kantin sekolah dan tukang sapu. Menurut dia, perilaku seorang guru menyapa mereka ini sudah merupakan suatu basis enterpreneur untuk mengembangkan imej orang - orang yang melihat bahwa sekolah itu ramah. Perilaku ini, lanjut dia, lalu menular ke murid - muridnya. "Bukan karena disuruh guru harus mengatakan selamat pagi ke semua orang, tetapi cuma karena si anak itu melihat gurunya melakukan hal itu (menyapa) ke orang lain. Itu enterpreneur! " ujarnya.

Pembelajaran, kata Tika, tidak hanya dilakukan melalui buku teks. Anak - anak, kata dia, dibangkitkan pengetahuan dan kecintaannya terhadap belajar justru dari kecakapan hidup atau life skills. "Sumber kecakapan hidup itu dapat berasal dari pengalaman hidup para guru sendiri," katanya.

Tika mengamati, hubungan antara guru dan siswa pada saat ini masih kurang komunikatif. Dia mencontohkan, dari para peserta seminar yang berprofesi sebagai guru sekolah dasar sampai sekolah menengah atas mengaku belum memiliki buku penghubung. Buku ini, kata dia, berfungsi sebagai media komunikasi antara orangtua siswa dengan guru. Orangtua siswa, kata dia, dapat memanfaatkan buku penghubung untuk mengetahui perkembangan anaknya, serta mengetahui isu - isu yang terjadi di sekolah. "Buku penghubung adalah media yang paling murah dan sederhana," katanya.***

Sumber: Pers Depdiknas

Selasa, 28 Oktober 2008

Mengenal Autis dan Ciri - ciri nya

Banyak sekali definisi yang beredar tentang Autis. Tetapi secara garis besar, Autis, adalah gangguan perkembangan khususnya terjadi pada masa anak-anak, yang membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Pada anak-anak biasa disebut dengan Autis Infantil. Schizophrenia juga merupakan gangguan yang membuat seseorang menarik diri dari dunia luar dan menciptakan dunia fantasinya sendiri: berbicara, tertawa, menangis, dan marah-marah sendiri.

Tetapi, ada perbedaan yang jelas antara penyebab dari Autis pada penderita Schizophrenia dan penyandang Autis Infantil. Schizophrenia disebabkan oleh proses regresi karena penyakit jiwa, sedangkan pada anak-anak penyandang Autis Infantil terdapat kegagalan perkembangan.

Gejala Autis Infantil timbul sebelum anak mencapai usia 3 tahun. Pada sebagian anak, gejala-gejala itu sudah ada sejak lahir. Seorang ibu yang sangat cermat memantau perkembangan anaknya sudah akan melihat beberapa keganjilan sebelum anaknya mencapai usia 1 tahun. Yang sangat menonjol adalah tidak adanya atau sangat kurangnya tatap mata.

Untuk memeriksa apakah seorang anak menderita autis atau tidak,digunakan standar internasional tentang autis. ICD-10 (InternationalClassification of Diseases) 1993 dan DSM-IV (Diagnostic andStatistical Manual) 1994 merumuskan kriteria diagnosis untuk Autis Infantil yang isinya sama, yang saat ini dipakai di seluruh dunia.

Kriteria tersebut adalah:

Untuk hasil diagnosa, diperlukan total 6 gejala (atau lebih) dari
no. (1), (2), dan (3), termasuk setidaknya 2 gejala dari no. (1) dan
masing-masing 1 gejala dari no. (2) dan (3).

  1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik.
  • Minimal harus ada dua dari gejala-gejala di bawah ini:Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai:
    kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak-
    gerik kurang tertuju.
  • Tidak bisa bermain dengan teman sebaya. - Tak ada empati (tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang
    lain).
  • Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang
    timbal balik.

2. Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi. Minimal harus adasatu dari gejala-gejala di bawah ini:

  • Perkembangan bicara terlambat atau sama sekali tak berkembang.Anak tidak berusaha untuk berkomunikasi secara non-verbal. Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak dipakai untuk berkomunikasi.
  • Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang.
  • Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang dapat meniru.

3. Adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat, dan kegiatan. Minimal harus ada satu dari gejala di bawah ini:

  • Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan.
  • Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada gunanya.
  • Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang.
  • Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda.

Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam
bidang:

a. interaksi sosial,
b. bicara dan berbahasa,
c. cara bermain yang monoton, kurang variatif.

Autis bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan
Disintegratif Masa Kanak. Namun, kemungkinan kesalahan diagnosis
selalu ada, terutama pada autis ringan. Hal ini biasanya disebabkan
karena adanya gangguan atau penyakit lain yang menyertai gangguan
autis yang ada, seperti retardasi mental yang berat atau
hiperaktivitas.

Autis memiliki kemungkinan untuk dapat disembuhkan, tergantung dari
berat tidaknya gangguan yang ada. Berdasarkan kabar terakhir, di
Indonesia ada 2 penyandang autis yang berhasil disembuhkan, dan kini
dapat hidup dengan normal dan berprestasi. Di Amerika, dimana
penyandang autis ditangani secara lebih serius, persentase
kesembuhannya lebih besar.

Bila Anda membutuhkan informasi yang lebih detail tentang autis,
silakan menghubungi alamat di bawah ini:

- Pusat Pelayanan Gangguan Perkembangan Anak Fakultas Psikologi
(P2GPA) Unika Soegijapranata Jl. Imam Bonjol 186 A, Semarang 50132
Telp. (024) 554613

- Perkumpulan Orangtua Pembina Anak Autistik (POPAA)
Jl. Erlangga Tengah III/34, Semarang
Telp. (024) 313083

- Yayasan Autisma Indonesia
Jl. Buncit Raya No. 55, Jakarta Pusat
Telp. (021) 7971945 - 7991355

Sumber diambil dari:

Kumpulan Artikel Psikologi yang terdapat di Situs Angelfire
http://www.angelfire.com/mt/matrixs/psikologi.htm#Mengenal%20Autisme

Senin, 20 Oktober 2008

Sekolah Maya

Situs Sekolah Maya merupakan situs percontohan penggunaan teknologi komunikasi dan informasi untuk alternatif sistim belajar. Situs ini dirancang dan dikembangkan sebagai solusi alternatif pelaksanaan Program Paket A, Paket B, dan Paket C.

Situs Sekolah Maya ini dikembangkan oleh Direktorat Pendidikan Kesetaraan, Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dari Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Maksud dan tujuan dikembangkannya situs ini adalah sebagai solusi alternatif tentang program pembelajaran luar sekolah.

Dengan adanya situs ini, setiap pribadi yang ingin melakukan pembelajaran jarak jauh dapat menikmati program ini untuk dapat mengikuti paket-paket yang disediakan. Kendala jarak, waktu, dan ruang yang mungkin sebelumnya menjadi pembatas diharapkan dapat semakin terkikis.

Selain program sekolah maya ini, Direktorat Pendidikan Kesetaraan juga melakukan beberapa program lain untuk mengatasi kendala-kendala yang dapat menghambat program-program pendidikan. Adapun program-program lain tersebut antara lain adalah;

1. Program kelas berjalan (mobile class)
2. Program kelas daerah bencana (disaster recovery class)
3. Program pembelajaran rumah (home schooling)
4. Program kelas interaktif (multimedia learning)
5. dll,

Situs ini terbuka bagi siapa saja yang ingin memperoleh pendidikan alternatif dengan melakukan pembelajaran secara online.

Diambil dari : sekolah maya

Jumat, 17 Oktober 2008

Laskar Pelangi

Laskar Pelangi adalah novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2005. Novel ini bercerita tentang kehidupan 10 anak dari keluarga miskin yang bersekolah (SD dan SMP) di sebuah sekolah Muhammadiyah di pulau Belitong yang penuh dengan keterbatasan.



Cerita terjadi di desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitung Timur. Dimulai ketika sekolah Muhammadiyah terancam akan dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jikalau tidak mencapai siswa baru sejumlah 10 anak. Ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi tepat ketika Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah, Harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu. Lalu bagaimanan selanjutnya ? Penasaran khan ? nonton aja filmnya khan sudah beredar di bioskop 21 sejak 25 September 2008 lalu, tapi untuk sementara klik aja movie trailer diatas.

Selasa, 14 Oktober 2008

Kapan Bahasa Asing mulai dikenalkan kepada anak ?

Di era Globalisasi ini, ada anggapan bahwa semakin muda usia semakin mudah seorang anak belajar bahasa dibanding orang dewasa. Namun disisi lain juga ada yang berpendapat apakah dengan belajar bahasa asing sejak dini tidak membuat anak bingung ? contoh soal seorang artis Cynta Laura yang mana dalam hal bertutur kata atau bercakap-cakap dia mengalami sedikit kebingungan dan timbulnya tata bahasa yang keluar dari ucapannya sangat berantakan sekali dan dengan demikian apakah itu tidak membuat si anak nantinya akan merasa minder bila bertemu dengan teman yang biasa suka usil dan mengejek ?

Jadi belajar bahasa asing sejak dini bukanlah merupakan jaminan kepada si anak menjadi lebih dari anak sebaya lainnya, mengapa ? Karena dengan belajar bahasa asing anak merasa terbebani secara psikologis karena si anak baru saja mengenal bahasa ibu dan baru mulai memahami secara perlahan namun tiba-tiba dia harus menguasai bahasa asing disekolahnya (sekolah Dwi Bahasa) kemungkinan akan timbul pengaruh kepada sistem kerja otak yang pada akhirnya akan mempengaruhi pula kepada kemampuan si anak untuk bidang lainnya. Oleh karena itu kepada para orang tua, mulailah berpikir secara bijak dan sayangilah buah hati kita, janganlah tergesa-gesa atau memaksakan supaya anak kita mampu menguasai bahasa asing sejak dini seperti yang kita harapkan. Ingat semua itu ada batasan-batasan usia atau perkembangannya, kalau anak tersebut mampu pada usia 6 tahun kenapa tidak ? Namun sejauh ini banyak para orang tua yang tidak memahami perkembangan anaknya, melihat anak tetangga mampu berbahasa asing lalu latah dan memaksakan kepada anaknya agar tidak ketinggalan dengan anak tetangga tersebut. Bukankah demikian Bapak/Ibu ? Nah mulailah berpikir bijak dan lebih dekat lagi kepada buah hati kita, sayangilah mereka karena mereka adalah penerus keluarga dan bangsa Indonesia tentunya.